Wahyu Hidayat, paslon Wali Kota, mendapatkan dukungan dari warga Kota Malang yang cerdas. Hal ini menambah suara untuk Wali nomor 1, yang terus terdongkrak dalam upaya meraih kemenangan terbaik. |
Malangdata.com - Elektabilitas pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin, mengalami lonjakan signifikan menjelang pencoblosan Pilkada 2024 pada 27 November. Terbaru, elektabilitas paslon nomor urut 1 ini mencapai 34,7 persen berdasarkan hasil survei terUKUR.
Direktur Bidang Riset terUKUR, Khusnul Wafiq, menjelaskan bahwa survei terbaru dilakukan pada 31 Oktober hingga 3 November 2024, dengan melibatkan 1.200 responden yang berdomisili di Kota Malang. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka.
Dalam survei ini, terdapat beberapa kriteria calon pemimpin yang paling disukai masyarakat. Pertama, calon yang merakyat. Kedua, calon yang jujur, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Ketiga, calon yang pandai dan berwawasan luas.
Sebaliknya, calon pemimpin yang tidak disukai masyarakat adalah mereka yang tidak pernah bersosialisasi dengan warga, tidak jujur, dan pernah terlibat kasus korupsi.
"Elektabilitas pasangan HM Anton-Dimyati Ayatulloh berada di angka 36,5 persen, diikuti oleh Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin di angka 34,7 persen. Urutan ketiga adalah Heri Cahyono-Ganis Pratiwi Rumpoko dengan elektabilitas sebesar 14,8 persen," kata Khusnul Wafiq, Rabu (14/11/2024).
Paslon Wahyu-Ali, Wali nomor 1, terus merangkak naik dan mendapatkan dukungan dari warga Kota Malang yang cerdas dan optimis untuk memimpin Malang ke arah yang lebih baik |
Responden yang memilih untuk golput atau tidak memilih sebesar 1,8 persen, sementara yang tidak menjawab mencapai 12,2 persen. Berdasarkan tipologi pemilih, masyarakat di Kota Malang didominasi oleh pemilih rasional yang mencapai 84,5 persen.
Survei ini juga mendalami seberapa jauh masyarakat Kota Malang mengetahui bahwa Pilkada diikuti oleh kandidat yang pernah terlibat dalam kasus korupsi. Hasilnya, dari 1.200 responden, 56,8 persen menjawab tahu, 22,7 persen tidak tahu, dan 25,6 persen tidak menjawab.
Data menunjukkan bahwa calon pemimpin yang pernah terlibat kasus korupsi cukup mempengaruhi sikap calon pemilih di Kota Malang. "Sebanyak 48,3 persen responden tidak memilih calon pemimpin yang pernah korupsi, sementara 30,6 persen memilih, dan 21,1 persen tidak menjawab," ungkapnya.
Khusnul Wafiq juga mengungkapkan bahwa salah satu paslon menunjukkan tren kenaikan angka elektabilitas yang signifikan antara survei bulan September dan November 2024. "Analisis kami menunjukkan bahwa dari ketiga kandidat, paslon 01 mengalami tren naik, paslon 02 stagnan, dan paslon 03 trennya semakin menurun," bebernya.
Diketahui, tren elektabilitas pasangan Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin mengalami kenaikan mencapai 14,3 persen, dari 20,4 persen pada September 2024 menjadi 34,7 persen pada November 2024. Sementara itu, elektabilitas pasangan Heri Cahyono-Ganis Pratiwi Rumpoko turun 7,5 persen, dari 22,3 persen (September) menjadi 14,8 persen (November 2024). Elektabilitas pasangan HM Anton-Dimyati Ayatulloh juga mengalami penurunan tajam sebesar 20,9 persen, dari 57,4 persen pada September menjadi 36,5 persen pada November 2024.
Kini, elektabilitas pasangan HM Anton-Dimyati Ayatulloh dan pasangan Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin hanya terpaut 1,8 persen.
Dalam survei publik yang dilakukan terUKUR, Khusnul Wafiq memastikan bahwa survei ini didanai secara mandiri. "Melalui survei ini, kami berharap masyarakat Kota Malang semakin terbuka dalam melihat calon pemimpin, dan calon pemimpin saling beradu gagasan, program, dan manfaat. Semoga pelaksanaan Pilkada Kota Malang bisa berlangsung secara langsung, umum, bebas, dan rahasia," tandasnya.
(*Syd/jul)
Editor : Julio Kamaraderry
Sumber :
Copyright @malangdata.com